Rawi adalah orang yang
menerima hadits dan menyampaikannya dengan salah satu bahasa penyampaiannya.
Para ulama mengklasifikasikan para Rawi --dari segi banyak dan
sedikitnya hadits yang mereka riwayatkan serta peran mereka dalam bidang ilmu
hadits-- menjadi beberapa tingkatan. Dan setiap tingkat diberi julukan secara
khusus, yaitu:
- al-Musnid, adalah orang
yang meriwayatkan hadits beserta sanadnya, baik ia mengetahui kandungan
hadits yang diriwayatkannya atau sekedar meriwayatkan tanpa memahami isi
kandungannya.
- al-Muhaddits. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnu Sayyid an-Nas, al-Muhaddits adalah orang yang
mencurahkan perhatiannya terhadap hadits, baik dari segi riwayah maupun
dirayah, hapal identitas dan karakteristik para Rawi, mengetahui
keadaan mayoritas Rawi di setiap jamannya beserta
hadits-hadits yang mereka riwayatkan; tambahan dia juga memiliki
keistimewaan sehingga dikenal pendiriannya dan ketelitiannya[2]. Dengan
kata lain ia menjadi tumpuan pertanyaan umat tentang hadits dan para Rawinya,
sehingga menjadi masyhur dalam hal ini dan pendapatnya menjadi dikenal
karena banyak keterangan yang ia sampaikan lalu ditulis oleh para
penanyanya. Ibnu al-Jazari berkata, "al-Muhaddits adalah orang
menguasai hadits dari segi riwayah dan mengembangkannya dari segi dirayah."[3]
- al-Hafidh, secara bahasa
berarti 'penghapal' Gelar ini lebih tinggi daripada gelar al-Muhaddits.
Para ulama menjelaskan bahwa al-Hafidh adalah gelar orang yang sangat luas
pengetahuannya tentang hadits beserta ilmu-ilmunya, sehingga hadits yang
diketahuinya lebih banyak daripada yang tidak diketahuinya."[4] Ibnu
al-Jazari berkata, "al-Hafidh adalah orang yang meriwayatkan seluruh
hadits yang diterimanya dan hapal akan hadits yang dibutuhkan
darinya."
- al-Hujjah, gelar ini
diberikan kepada al-Hafidh yang terkenal tekun. Bila seorang hafidh sangat
tekun, kuat dan rinci hapalannya tentang sanad dan matan hadits, maka ia
diberi gelar al-Hujjah. Ulama mutaakhkhirin mendefinisikan al-Hujjah
sebagai orang yang hapal tiga ratus ribu hadits, termasuk sanad dan
matannya. Bilangan jumlah hadits yang berada dalam hapalan ulama,
sebagaimana yang mereka sebutkan itu, mencakup hadits yang matannya sama
tetapi sanadnya berbilang; dan yang berbeda redaksi/matannya. Sebab,
perubahan suatu hadits oleh suatu kata--baik pada sanad atau pada
matan--akan dianggap sebagai suatu hadits tersendiri. Dan seringkali para
muhadditsin berijtihad dan mengadakan perlawatan ke berbagai daerah karena
adanya perubahan suatu kalimat dalam suatu hadits seperti itu.
- al-Hakim, adalah Rawi
yang menguasai seluruh hadits sehingga hanya sedikit saja hadits yang
terlewatkan.
- Amir
al-Mu'minin fi al-Hadits (baca: Amirul Mukminin fil
Hadits) adalah gelar tertinggi yang diberikan kepada orang yang
kemampuannya melebihi semua orang di atas tadi, baik hapalannya maupun
kedalaman pengetahuannya tentang hadits dan 'illat-'illatnya, sehingga ia
menjadi rujukan bagi para al-Hakim, al-Hafidh, serta yang lainnya. Di
antara ulama yang memiliki gelar ini adalah Sufyan ats-Tsawri, Syu'bah bin
al-Hajjaj, Hammad bin Salamah, Abdullah bin al-Munarak, Ahmad bin Hanbal,
al-Bukhari, dan Muslim. Dan dari kalangan ulama mutaakhkhirin ialah
al-Hafidh Ahmad bin Ali bin Hajar al-'Asqalani dan lainnya.[5] Jadi yang
menjadi ukuran tingkat keilmuan para ulama hadits adalah daya hapal
mereka, bukan banyaknya kitab yang mereka miliki, sehingga orang yang
memiliki banyak kitab namun tidak hapal isinya, TIDAK DAPAT disebut
sebagai al-Muhaddits.
Nama-nama peRawi hadits
Bukhari, yang meninggal tahun 256
Hijriah atau 870 Masehi
- Abu
Daud, meninggal tahun 275 Hijriah atau 888 Masehi
- Nasa'i,
meninggal tahun 303 Hijriah atau 915 Masehi
- Muslim,
meninggal tahun 261 Hijriah atau 875 Masehi
- Tarmidzi,
meninggal tahun 279 Hijriah atau 892 Masehi
- Ibnu
Majah, meninggal tahun 279 Hijriah atau 892 Masehi
Berikut ini adalah para Rawi hadits yang masyhur dalam 12
Thobaqot yang ada:
1. Thobaqot yang pertama : para shahabat (الصحابة).
InsyaAllah mereka sudah masyhur bagi kita, jadi tidak perlu
disebutkan di sini.
2. Thobaqot yang kedua : thobaqot Kibar Tabi’in (كبار التابعين).
Sa’id bin al-Musayyib, Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Masruq
bin al-Ajda’, Abul ‘Aliyah, Syuraih bin al-Harits al-Qodhi, al-Ahnaf bin Qois,
Muhammad bin al-Hanafiyyah (yakni Muhammad bin ‘Ali bin Abi Tholib), Abu Idris
al-Khoulani, ‘Atho’ bin Yasar (bekas budak Maimunah), Shilah bin Zufar, dll.
3. Thobaqot ketiga : thobaqot pertengahan dari tabi’in (الطبقة
الوسطى من التابعين).
‘Atho’ bin Abi Robah, Muhammad bin Sirin, Sa’id bin Jubair,
al-Hasan al-Bashri, Sulaiman bin Yasar, Thowus bin Kaisan, ‘Amir asy-Sya’bi,
‘Urwah bin Zubair, ‘Ikrimah, ‘Ali bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib
(dikenal juga dengan Zainul Abidin), Mujahid, Nafi’ (bekas budak Ibnu ‘Umar),
Abu Qilabah al-Jarmi, Wahb bin Munabbih, Salim bin Abdillah bin ‘Umar bin
al-Khoththob, Hafshoh bintu Sirin, dll.
4. Thobaqot keempat : Tabi’in Kecil (صغار التابعين).
Maimun bin Mihron, Sulaiman bin Thorkhon At-Taimi, Qotadah
bin Di’amah, Ibnu Syihab Az-Zuhri, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz (Sang Amirul
Mu’minin), Amr bin Dinar, dll.
5. Thobaqot kelima : Thobaqot yang paling kecil dari tabi’in
(الطبقة الصغرى من التابعين).
Ibrohim An-Nakho’i, Ayyub As-Sikhtiyani, Hisyam bin Urwah,
Yahya bin Sa’id Al-Anshori, Yahya bin Abi Katsir At-Tho’i, Sulaiman bin Mihron
al-A’masy, Mak-hul asy-Syami, Yunus bin ‘Ubaid, dll.
6. Thobaqot keenam : thobaqot yang sezaman dengan thobaqot
ke-5 (عاصروا الخامسة).
An-Nu’man bin Tsabit Abu Hanifah (al-Imam), Ja’far
ash-Shodiq, Abdul Malik bin Juraij, Ibnu ‘Aun, dll.
7. Thobaqot ketujuh : thobaqot Kibar Tabi’ut Tabi’in (كبار أتباع
التابعين).
Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas (Imam Darul Hijroh,
penulis al-Muwaththo’), al-Laits bin Sa’ad, Abdurrohman bin ‘Amr al-Auza’i,
Syu’bah bin al-Hajjaj, Ma’mar bin Rosyid, dll.
8. Thobaqot kedelapan : thobaqot Tabi’u Tabi’in Pertengahan
(الوسطى من أتباع التابعين).
Abdullah bin al-Mubarok, Sufyan bin ‘Uyainah, Fudhail bin
‘Iyadh, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, Ibnu ‘Ulaiyyah, dll.
9. Thobaqot kesembilan : thobaqot yang paling kecil dari
Tabi’ut Tabi’in (الصغرى من أتباع التابعين).
Abdurrahman bin Mahdi, Muhammad bin Idris asy-Syafi’i
(al-Imam), Waki’ bin al-Jarroh, Abdurrozzaq ash-Shon’ani (Penulis Mushonnaf
Abdirrozzaq), Sulaiman bin Harb, Yahya bin Sa’id al-Qoththon, Abu Dawud ath-Thoyalisi
(Penulis Musnad ath-Thoyalisi), Yazid bin Harun, dll.
10. Thobaqot kesepuluh : thobaqot tertinggi yang mengambil
hadits dari Tabi’ut Taabi’in (كبار الاخذين عن تبع الاتباع).
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Imam Ahlis Sunnah wal
Jama’ah), Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rohawaih, Ibnu Abi Syaibah (Penulis
Mushonnaf Ibni Abi Syaibah), Musaddad bin Musarhad, Sa’id bin Manshur (Penulis
Sunan Sa’id bin Manshur), Ali bin al-Madini, dll.
11. Thobaqot kesebelas : thobaqot pertengahan dari rowi yang
mengambil hadits dari Tabi’ut Tabi’in (الوسطى من الاخذين عن تبع الاتباع).
Muhammad bin Isma’il al-Bukhori (Penulis Shohih al-Bukhori),
Abu Hatim ar-Rozi, Abu Zur’ah ar-Rozi, Abu Dawud as-Sijistani (penulis Sunan
Abi Dawud), Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi (Penulis Sunan ad-Darimi),
Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ (Ibnu Sa’ad, Penulis ath-Thobaqot al-Kubro), dll.
12. Thobaqot keduabelas : thobaqot yang rendah dari rowi
yang mengambil hadits dari Tabi’ut Tabi’in (صغار الاخذين عن تبع الاتباع).
Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi (Penulis Jami’ at-Tirmidzi),
Ibnu Abid Dunya al-Baghdadi, Abdullah bin Ahmad (anak al-Imam Ahmad bin
Hanbal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar