Peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen
pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan
pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Istilah kurikulum memiliki berbgai tafsiran yang dirum,uskan oleh pakar-pakar dalam bidang ppengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan sekarang ini. Dari serangkaian tafsiran para pakar-pakar ini memberikan arti kurikulum sebagai:
Istilah kurikulum memiliki berbgai tafsiran yang dirum,uskan oleh pakar-pakar dalam bidang ppengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan sekarang ini. Dari serangkaian tafsiran para pakar-pakar ini memberikan arti kurikulum sebagai:
1. Kurikulum memuat isi dan materi
pelajaran
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
2. Kurikulum sebagai rencama
pembelajaran.
Suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Dengan program ini siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pembelajaran.
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Coba kita lihat salah satu bagian dari tujuan umum pada SK
dan KD yaitu:
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Dilihat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
bahwa pada seluruh komponen baik pada SI, SK dan KD serta pada SKL telah
dijabarkan dengan jelas bahwa pendekatan yang digunakan pada matematika adalah
pemecahan masalah (Problem Solving). Tapi perlu kita tahu apa
itu pendekatan pemecahan masalah dalam matematika.
v Pengertian Problem Solving
Istilah Problem Solving
sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki pengertian yang
berbeda-beda pula. Tetapi Problem
Solving dalam matematika
memiliki kekhasan tersendiri. Secara garis besar terdapat tiga macam
interpretasi istilah Problem
Solving dalam pembelajaran
matematika, yaitu:
(1) Problem
Solving sebagai tujuan
(as a goal),
(2) Problem
Solving sebagai proses (as a
process), dan
(3) Problem
Solving sebagai keterampilan
dasar (as a basic skill).
1. Problem Solving sebagai tujuan
Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian
pada pendidikan matematika seringkali menetapkan Problem Solving
sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika. Bila Problem Solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka
ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode,
dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa
pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve Problems) merupakan
“alasan utama” (primary reason) belajar matematika.
2. Problem Solving sebagai proses
Pengertian lain tentang Problem
Solving adalah sebagai sebuah
proses yang dinamis. Dalam aspek ini, Problem
Solving dapat diartikan sebagai
proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru
dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode,
prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang
demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika. Sebenarnya,
bagaimana seseorang melakukan proses Problem
Solving dan bagaimana seseorang
mengajarkannya tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat
dan menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau proses Problem Solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini memberikan
beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar Problem Solving
dan aplikasi dalam pengajaran.
3. Problem Solving sebagai keterampilan dasar
Terakhir, Problem
Solving sebagai keterampilan
dasar (basic skill). Pengertian Problem
Solving sebagai keterampilan
dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu Problem Solving? Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar
dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung,
keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan “matematika”, dan
lainnya. Satu lagi yang baik secara implisit maupun eksplisit sering
diungkapkan adalah keterampilan Problem
Solving. Beberapa prinsip
penting dalam Problem Solving berkenaan dengan
keterampilan ini haruslah dipelajari oleh semua siswa, seperti yang dikemukakan
oleh George Polya tahun 1945.
v Problem Solving
dalam Pengajaran Kelas
Ada sejumlah alasan kuat mengapa Problem Solving
perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan
pengajaran matematika yang efektif. Alasan pertama adalah harapan untuk membuat
matematika lebih dapat diterapkan (more applicable) dalam kehidupan murid
diluar pengajaran kelas atau dalam situasi baru yang belum familiar. Alasan
yang kedua adalah Problem Solving memberikan kesempatan
(opportunities) dan dapat mendorong siswa berdiskusi tentang dengan siswa yang
lainnya, yaitu pada proses menemukan jawab dari permasalahan. Alasan lebih
lanjut mengapa pendekatan Problem Solving sangat berharga
(valuable) adalah karena Problem Solving dapat mendorong
murid untuk menyusun teorinya sendiri (their own theories), mengujinya, menguji
teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak konsisten dan mencoba
yang lainya.
v Implementasi Problem Solving
Dalam diskusi kemungkinan implementasi matematika Problem
Solving,
saya yakin bahwa sekurang-kurangnya ada tiga faktor penting yang harus
difikirkan. Pertama, merubah peranan guru (changing the role of teacher).
Kedua, merubah susunan kelas (changing classroom management) dan, ketiga,
menganalisa topik dalam kurikulum matematika Indonesia yang mungkin dapat
mengakomodasi dan lebih efektif jika menggunakan pendekatan Problem
Solving.
Dalam hal merubah peran guru, perlu disadari bahwa strategi
pembelajaran Problem Solving telah merubah gaya murid
belajar (students’ style learning) dari sebagai murid pasif belajar menjadi
murid yang aktif belajar (construct their own concepts). Sebagai konsekuensi
menuntut berubahnya peran guru. Dalam hal berubahnya peran guru, Groves
menyatakan bahwa peranan guru adalah sesuatu yang crusial, guru perlu
benar-benar terlibat dalam menstimulasi murid untuk aktif berfikir (stimulating
children to think), menjaga semangat belajar siswa (maintaining interest),
menjaga rasa percaya anak (confidence) dan mengelolanya (organizing) jika
diperlukan. Lebih jauh lagi, Stacey and Groves menambahkan bahwa peranan guru
adalah:
1. Membawa murid pada suasana siap
menerima tantangan atau permasalahan, sebab sebuah masalah bukanlah masalah
sampai murid menyadari dan ingin memecahkannya.
2. Membangun atmosper kelas yang
mendukung, dimana murid disiapkan untuk memecahkan permasalahan yang asing dan
tidak merasa tertekan ketika mereka menghadapi kebuntuan (stuck).
3. Mempersilahkan anak untuk
mengikuti cara mereka dalam menemukan solusi dan membantu mereka ketika memerlukan,
tanpa memberikan jawaban.
Merubah susunan tempat duduk di kelas. Yang maksudkan di
sini adalah bagaimana mengorganisasi murid sesuai dengan aktivitas yang ada
pada Problem
Solving.
Berdasarkan pengalaman pada pengajaran matematika di sekolah, murid-murid di
kebanyakan sekolah duduk secara berbaris (sit in a row) dan hal itu kemungkinan
membuat sulit untuk melakukan diskusi dengan teman yang lainnya dalam
mengeksplorasi gagasan dan konsep yang tersembunyi di balik (beyond)
permasalahan yang diberikan — dan ini sering disebut sebagai salah satu
karakteristik (key feature) dari Problem Solving. Hodgson menyarankan bahwa kelompok kerja (group work)
adalah sesuatu yang esensi dalam pengajaran Problem Solving.
Lebih lanjut, Burns menyatakan bahwa belajar bersama dalam group kecil (small
group) memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
konsep dibanding dengan apabila murid diskusi kelas besar (class discussion).
Keuntungan lain dari grup kecil ini, dintaranya murid memiliki kesempatan untuk
bisa berbicara banyak, lebih nyaman untuk ambil resiko (taking the risks) dalam
menguji coba pemikirannya selama aktivitas Problem Solving. Oleh karena itu,
perlu merubah posisi tempat duduk siswa agar memungkinkan mereka aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
v Kesulitan yang Mungkin Dihadapi
Beberapa kesulitan yang berarti mungkin ditemukan ketika
mengasimilasikan Problem Solving matematika ke dalam praktek
pengajaran di kelas.
- Kurangnya
pengetahuan dan keahlian guru dalam menerapkan Problem Solving
(teachers lack of the Problem Solving and
modelling skills).
- Isi
dari kurikulum sangat padat dan tidak ada celah untuk Problem Solving
(the curriculum content is very full and there is no room for Problem
Solving).
- Sistem
pengujian (assessment system) masih disentralkan dan ini tidak relevan
dengan gagasan Problem Solving dikarenakan jenis
tesnya cenderung dan dominan berbentuk pilihan ganda (multiple choice
form). Jenis tes ini tidak memberikan kesempatan pada anak untuk berfikir
sebagaimana yang mereka lakukan pada proses Problem Solving.
- Besarnya
jumlah siswa (the large number of students) dalam setiap kelas juga
merupakan salah satu hambatan yang cukup berarti. Karena ini bisa
menyebabkan sulitnya bagi guru untuk berinteraksi dengan muridnya ketika Problem
Solving
matematika diimplementasikan.
- Perlu
waktu yang lebih (need more time) baik dalam pencarian atau pendesainan Problem
(sebab setiap Problem perlu disusun dengan hati-hati untuk mencapai
hasil belajar siswa) maupun berlangsungnya aktivitas Problem Solving
(Problem Solving progress) di kelas.
Dari penjelasan tersebut di atas, memang tidak ada keraguan
bahwa ada sejumlah kesulitan dalam asimilasi Problem Solving
ke dalam pengajaran matematika, tapi keuntungan yang ada jauh melebihi dari
pada hambatan yang ditemukan.
v Pentingnya Problem Solving
Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang
guru matematika adalah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun kemampuan
siswa dalam menyelesaikanmasalah. Mengapa hal ini menjadi penting? Alasan
pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah, orang tua, dan setiap
orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau
tidak. Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar
siswa dapat menyelesaikan Problematika kehidupannya dalam arti
yang luas maupun sempit.
Dalam pembelajaran matematika ini aspek
pemecahan masalah menjadi semakin penting. Mengapa? Ini dikarenakan matematika
merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan
yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat matematika
ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan dasar dalam pemecahan
masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal
balik maka dengan mempelajari matematika, siswa terasah kemampuan dalam
memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan strategi dalam pemecahan masalah
matematika bersifat “universal” sesuai sifat matematika sebagai bahasa yang
universal (artifisial, simbolik).
Selain itu, McIntosh, R. & Jarret,
D. (2000:6) menyatakan “The thinking and skills required for mathematical
Problem Solving transfer to other areas of life”.Secara sistematis,
Taplin menegaskan pentingnya Problem
Solving melalui tiga nilai yaitu
fungsional, logikal, dan aestetikal. Secara fungsional, Problem Solving
penting karena melalui Problem
Solving maka nilai matematika
sebagai disiplin ilmu yang esensial dapat dikembangkan. “It has already been
pointed out that mathematics is an essential discipline because of its
practical role to the individual and society. Through a Problem-Solving approach, this aspect of mathematics can be developed.”,
demikian ditegaskan Taplin (2007). Dengan fokus pada Problem Solving
maka matematika sebagai alat dalam memecahkan masalah dapat diadaptasi pada
berbagai konteks dan masalah sehari-hari.
Selain sebagai “alat” untuk meningkatkan
pengetahuan matematika dan membantu memahami masalah sehari-hari, maka Problem Solving juga merupakan cara berpikir (way of
thinking). Dalam perspektif terakhir ini maka Problem Solving
membantu kita meningkatkan kemampuan penalaran logis. Terakhir, Problem Solving juga memiliki nilai aestetik. Problem Solving
melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses pemecahan masalah. Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki
bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan
untuk selalu terlibat dalam matematika.
Lebih lanjut pentingnya Problem Solving juga dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran.
Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8). membagi peran Problem Solving
sebagai konteks menjadi beberapa hal:
1. Untuk pembenaran pengajaran matematika.
2. Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi
yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.
3. Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada
topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan
kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
4. Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang
memecah suasana belajar rutin.
5. Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah
diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh
kita selama ini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar