Kamis, 03 Mei 2012

ILMU TAUHID


SEBAB-SEBAB MUNCULNYA ILMU TAUHID
I. PENDAHULUAN
Ilmu Tauhid atau biasanya disebut juga ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli Sunnah.
Ilmu Tauhid ini juga mempunyai beberapa nama lain, yaitu ilmu kalam yang di dalamnya mempelajari Kalam Allah, ilmu ushuluddin yang membahas tentang prinsip-prinsip agama Islam, dan juga ilmu aqidah atau ilmu aqo’id yang membicarakan tentang kepercayaan Islam.
Kita tidak akan memahami ilmu Tauhid secara utuh, kalau tidak mempelajari faktor-faktor atau sebab-sebab yang mendorong timbulnya ilmu Tauhid. Sebab ilmu Tauhid sebagai ilmu yang berdiri sendiri, belum dikenal pada masa Nabi sendiri maupun pada masa Sahabat. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas sebab-sebab munculnya ilmu Tauhid, yaitu sebagai pengantar untuk memahami ilmu Tauhid secara utuh.


II. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah kali ini kami akan membahas tentang ‘Sebab-Sebab Munculnya Ilmu Tauhid’, adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Sebab-Sebab Dari Dalam (Intern)
B. Sebab-Sebab Dari Luar (Extern)

III. PEMBAHASAN
Ilmu Tauhid atau bisa juga disebut dengan ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang berdiri sendiri yang belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW, maupun pada masa Sahabat-Sahabtnya. Akan tetapi, baru dikenal pada masa berikutnya setelah ilmu-ilmu ke-Islaman yang lain satu persatu muncul dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan alam ghaib (metafisika). Kita tidak akan mendapat memahami persoalan-persoalan ilmu Tauhid sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu Tauhid tersebut, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya.
Faktor itu sebenarnya banyak, akan tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari dalam (intern) dan faktor-faktor yang datang dari luar (extern), karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan Islam.
A. SEBAB-SEBAB DARI DALAM (INTERN)
Adapun sebab-sebab munculnya ilmu Tauhid yang datang dari dalam (intern) adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an itu sendiri, di samping ajakannya ke pada Tauhid dan mempercayai ke-Nabian dan hal-hal lain yang berubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan dan agama-agama yang pada masa Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar. Al-Qur’an tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantah alasan-alasannya, antara lain:
a. Al-Qur’an membantah golongan yang mengingkari agama dan adanya Tuhan dan mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan hanyalah waktu saja.
Firman Allah SWT:

 “Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah: 24)

b. Al-Qur’an membantah golongan orang syirik yang menyembah bintang, bulan, matahari, yang mempertuhankan Nabi Isa dan ibunya, dan yang menyembah berhala-berhala.
c. Golongan yang tidak percaya akan kerasulan Nabi Muhammad SAW dan tidak percaya akan kehidupan kembali di akhirat nanti.
Firman Allah SWT:

 “Pada hari kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. sebagaimana kami Telah memulai panciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya,”(QS. Al-Anbiya’:104).

d. Al-Qur’an mengharuskan kaum muslimin mengembangkan agama dan membelanya. Kita tidak boleh memeluk agama Islam dan mengimani segala aturan-aturannya saja tanpa berusaha mengerjakan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan agama dan mengkokohkannya di dalam jiwa manusia.

Fiman Allah SWT:
 “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.”(QS. Al-Fath: 28).

e. Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak ada campur tangan manusia. Mereka inilah orang-orang munafik.
Fiman Allah SWT:
 “Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang Telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati. (QS. Ali Imran: 154).

Allah membantah alasan-alasan mereka dan perkataan-perkataan mereka semua dan juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk tetap menjalankan da’wahnya sambil menghadapi alasan-alasan mereka yang tidak percaya dengan menggunakan cara yang halus.
Firman Allah SWT:

 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).

Dalam ayat ini, sudah barang tentu membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menemukan alasan-alasan kebenaran ajaran-ajaran agamanya di samping menunjukkan kesalahan golongan-golongan yang menentang kepercayaan-kepercayaan itu, dan dari kumpulan alasan-alasan itulah berdirinya ilmu Tauhid.
2. Ketika kaum muslimin selesai membuka negara-negara baru untuk masuk Islam, mereka mulai tentram dan tenang pikirannya, di samping melimpahnya rizqi. Di sinilah mulai mengemukakan persoalan agama dan berusaha mempertemukan nash-nash yang kelihatannya saling bertentangan. Keadaan ini adalah gejala umum bagi tiap-tiap agama bahkan pada tiap-tiap masyarakat pun terdapat gejala itu. Pada mulanya agama itu hanyalah merupakan kepercayaan-kepercayaan yang kuat dan sederhana, tidak perlu diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut-penganutnya menerima bulat-bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hatinya tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan.
Setelah itu, datanglah fase penyelidikan dan pemikiran serta membicarakan soal-soal agama secara filosofis. Di sinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat alasan-alasannya. Keadaan yang sama juga dialami oleh golongan-golongan agama lainnya, seperti Yahudi dan Nasrani.
3. Masalah-masalah politik. Sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti dan tidak pula menentukan cara pemilihan penggantinya. Ketika itu, antara sahabat Muhajirin dan Anshar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya pengganti Rasul dari pihaknya. Di tengah kesibukan itu, Umar bin Khattab r.a mem-bai’at Abu Bakar r.a menjadi khalifah yang kemudian diikuti oleh Sahabat-Sahabat lainya. Abu Bakar kemudian mengambil cara lain dengan cara menyerahkan khilafah kepada Umar bin Khattab, Umar bin Khattab pun mengambil cara lain lagi, yaitu dengan menyerahkan khilafah ke pada pengikutnya dan pilihan pengikutnya itu jatuh ke pada Usman bin Affan r.a.
Sebenarnya khilafah itu adalah soal politik. Agama tidak mengharusakan kaum muslimin untuk mengambil bentuk khilafah tertentu, tetapi hanya memberikan dasar yang umum, yaitu kepentingan umum. Kalau terjadi perselisihan dalam soal ini, maka perselisihan itu adalah soal politik semata-mata. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada masa itu. Ditambah lagi dengan peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan dalam keadaan gelap. Sejak itu kaum muslimin terpecah menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing sebagai pihak yang benar dan hanya calon daripadanya yang berhak menduduki pimpinan Negara. Kemudian golongan-golongan itu menjadi golongan agama dan menemukan dalil-dalil agama untuk membelanya, dan selanjutnya perselisihan antara mereka menjadi perselisihan agama, dan berkisaran pada soal iman dan kafir.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi buku-buku ke-Islaman, yaitu melakukan kejahatan besar yang mula-mula dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman bin Affan, kemudian beransur-ansur menjadi persoalan yang umum. Lepas dari pesoalan siapa orangnya yang membunuh, kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal iman dan hakikatnya, bertambah atau berkurangnya, soal imamah dan lain-lain.

B. SEBAB-SEBAB DARI LUAR (EXTERN)
Adapun sebab-sebab dari luar (extern) munculnya ilmu Tauhid adalah sebagai berikut:
1. Kebanyakan di antara pemeluk-pemeluk Islam sesudah pengalahan kota Makkah, adalah orang-orang yang sudah menganut agama dan terdidik dan dibesarkan dalam agama itu, dan bahkan menjadi ulama-ulamanya. Setelah mereka merasa aman dari tekanan kaum muslimin mulailah mereka mengkaji lagi akidah-akidah mereka dan mengembangkannya di dalam akidah Islam. Karenanya banyak kita temukan dalam kitab-kitab yang disusun oleh partai partai atau golongan tertentu yang kita pandang Islam, pendapat-pendapat ataupun prinsip-prinsip yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam, seperti Mazhab Tanasukh (inkarnasi) yang sebenarnya berasal dari kaum Hindu dan seperti menetapkan sesuatu hukum ke-Tuhanan bagi Al-Masih yang berasal dari akidah Nasrani dan ke-Tuhanan Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain serta mengatakan bahwa kelima mereka itu adalah satu. Ruh yang menghinggapi mereka adalah sama. Inilah salah satu contoh akidah Nasrani.
2. Golongan Islam yang dulu, terutama golongan Mu’tazilah, memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan-lawannya kalau mereka itu sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan-lawannya tersebut berserta dalil-dalilnya. Dengan demikian, mereka harus menyelami pendapat-pendapat tersebut, dan akhirnya Negara Islam menjadi arena perdebatan bermacam-macam pendapat dan bermacam-macam agama, hal mana yang bisa mempengaruhi masing-masing pihak yang bersangkutan. Salah satu seginya yang terang ialah penggunaan filsafat sebagai senjata kaum muslim.
3. Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, para Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawanya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat, terutama segi Ketuhanan. Karena itu, Annazam (tokoh Mu’tazilah) membaca buku-buku Aristoteles dan membantah beberapa pendapatnya. Demikian pula Abul Huzail Al-Allaf ( tokoh Mu’tazilah).
Inilah sebabnya kita banyak temukan dalam kita-kitab Tauhid yang berkembang sekarang yang intinya adalah filsafat Yunani. Dengan motif-motif ini, timbullah ilmu Tauhid, menjadi luaslah pembahasannya dan bermacam-macamlah dimensinya, sehingga dinamailah dia juga dengan ilmu kalam.

IV. KESIMPUALAN
Ilmu Tauhid atau biasanya disebut juga ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli Sunnah.
• Adapun faktor-faktor atau sebab-sebab munculnya ilmu Tauhid terbagi menjadi dua macam, yaitu yang datang dari dalam (intern) dan faktor-faktor yang datang dari luar (extern).
V. PENUTUP
Demikianlah uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi kita dan semoga kita dapat mengamalkannya di lingkungan masyarakat.
Kami mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.



MAKALAH ILMU KALAM LAINNY A:
1. Aliran-Maturidiyah.html
2. Aliran Qadariyah.html
3. Mutazilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar