Menurut Amin Syukur, ada dua Aliran
dalam Tasawuf. Pertama, Aliran Tasawuf sunni,yaitu
bentuk Tasawuf yang memagari dirinya dengan al-quran dan al-hadis
secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqammat (tingkat
kerohaniaan) mereka pada dua sumber tersebut. Kedua, Aliran Tasawuf
falsafi, yaitu Tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat komprom, dalam
pemakaian term-term filsafat yang maknanya disesuaikan dengan Tasawuf.
Oleh karena itu, Tasawuf yang berbau filsafat ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan
Tasawuf;
dan juga tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai filsafat.
Para ahli Tasawuf pada umumnya
membagi Tasawuf menjadi tiga bagian yakni: Tasawuf falsafi, akhlaqi,
dan amali. Tujuan Tasawuf ini sama, namun berbeda dalam pendekatan yang digunakan:
a. Pendekatan Tasawuf
falsafi adalah rasio/akal pkiran, yakni menggunakan bahan-bahan kajian atau
pemikiran yang terdapat dikalangan para filosof, seperti filsafat tentang
tuhan, manusia, dan hubungan manusia dengan tahun.
b. Pendekatan Tasawuf
AKHLAQI adalah pendekatan yang terdiri dari takhalli(yang mengosongkan diri
dari akhlak yang buruk), tahalli ( menghiasi dengan akhlak yang terpuji),
tajalli (terbukanya dinding penghalang) yang membatasi manusia dengan tuhannya.
c. Pendekatan taswuf amali adalah
pendekatan amali wirid , yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat.
Hubungan Tasawuf dengan akhlak
Pada dasarnya hakekat Tasawuf
bertumpu pada fitrah manusia, karena aktifitas Tasawuf itu merupakan
aplikasi dari khazanah (perbendaharaan) jiwa/ mental yang termaktub dalam
fitrah. Setiap perealisasikan khasanah mental itu, bila berubah, menjadi
perilaku maka isi disebut dengan akhlak.
Khasanah jiwa yang termaktub pada
fitrah itu merupakan agama yang hanif (lurus) yakni agama islam (Q.S arum :30)
Salah satu upaya untuk memahami
semua tuntunan fitrah itu adalah Tasawuf, bila Tasawuf itu dapat merubah
perilaku orangnya dan menjadi sebuah kebiasaan, maka ia melahirkan akhlak/
realisasi dari sikap jiwa. Oleh sebab itu dapat ditarik suatu pemahaman bahwa
fitrah adalah penghubung dari Tasawuf dan akhlak.
B. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah
rasio/ akal pikiran, yakni menggunakan bahan-bahan atau kajian atau pemikiran
yang terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang tuhan,
manusia, dan hubungan manusia dengan tuhan. Tasawuf falsafi merupakan
tindak lanjut dari pemikiran mutakallimin yang membaur dengan filsafat
metafisika. Pada tingkat awal ia merupakan upaya menjembatani aqidah dengan
filsafat, maka kaum sufi berusaha membuat formulasi baru yang mempertemukan
pemikiran dengan perenungan terutama pada konsep etika, estetika, dan kesatuan
wujud. Konsep etika disosialisasikan dengan rasa ingin tahu terhadap tuhan,
sehingga perlu menghindar dari keduniaan.
Secara etimologi istilah
“filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (arab),
philoshopy (inggris), philosopia (latin) semua istilah itu bersumber pada
istilah yunani philosophia. Istilah yunani philen berarti “mencintai”,
sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya istilah sophos berarti
“bijaksana”, sedangkan Sophia berarti “kebijaksanaan”.
Dengan demikian ada dua arti
filsafat secara etimologi. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu kepada
philein dan shopos, maka berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana.
Kedua, apabila filsafat mengacu kepada kata philos dan Sophia, maka artinya
adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).
• Ciri-Ciri Filsafat
Melalui filsafat
diidentifikasikan masalah-masalah tertentu (yang semula menimbulkan keragu-raguan),
kemudian diusahakan mencapai penyelesaiannya. Bersifat berarti mencari
kebanaran, dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, dengan berfikir secara radikal, sistematik, universal.
Berfikir radikal yaitu berfikir
sampai ke akar-akarnya, dan tidak kepala tanggung, hingga kepada
konsekuensi-konsekuensi terakhir. Sistematik yaitu secar teratur dan tersusun
sehingga merupakan pengertian yang sistematis, dan bahwa pendalaman mengenai
hakekat sesuatu itu disertai pembuktian yang dapat diterima akal dari tersusun
berjalain dan dapat dipertanggungjawabkan. Universal yaitu berfikir secara
keseluruhan dan tidak hanya bagian-bagian tertentu saja. Misalnya berfikir
tentang hujan, bukanlah sebatas hujan yang kemaren atau hari ini, tapi seluruh
yang terjadi beberapa hari yang lewat.
• Sumber-Sumber Filsafat
Sumber filsafat itu dimulai dari
ketakjuban, dengan keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub, yang menjadi
subjek adalah manusia yang menjadi objeknya segala sesuatu yang tidak jelas
yang belum ada hukumnya.
• Tujuan Filsafat untuk Mencari
Kebenaran
Para filosof mencari kebenaran
filsafat adalah untuk meluruskan benang yang basah dan sebagainya, Ia mencari
kebenaran itu demi kebenaran itu sendiri. Dari itu filosof adalah orang yang
berani dalam berfikir, ia berani menyangsikan kenyataan yang dihadapinya,
warisan (adat, anggapan, umum, kepercayaan, dan pengetahuan).
Pikiran ilmuan membatasi diri
pada peristiwa hujan yang tadis sebagai contohnya, dari yang terbatas yaitu
khusus, bergerak pada umum inilah pemikiran filsafat.
C. Tasawuf Sunni
Tasawuf sunni banyak
berkembang di dunia Islam, terutama di Negara–Negara yang dominan bermazhab
Syafi’i. Tasawuf ini sering d igandrungi orang karena paham atau ajaran
– ajarannya tidak terlalu rumit.
• Ciri-ciri Tasawuf Sunni :
1. Melandaskan diri padaAl-quran
dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi
– terminology filsafat sebagaimana terdapat pada ungkapan – ungkapan Syathahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan
dualism dalam hunganan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat
dengan syari’at.
5. Lebih terkonsentrasi pada
pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadhah (latihan
– latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tasawuf sunni ialah Aliran
tasaawuf yang berusaha memadukan aspek hakekat dan syari’at, yang senantiasa
memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah,
dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an,
Sunnah dan Shirah para sahabat. Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal Tasawuf
ini berusaha untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat keduniawian,
jabatan, dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya.
Latar belakang munculnya ajaran
ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang melanda para ulama’ fiqh
dan Tasawuf
lebih-lebih pada abad kelima hijriah Aliran syi’ah al-islamiyah yang
berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib.
Dimana syi’ah lebih banyak
mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah
ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi
banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak
pemikiran Tasawuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan
kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang
pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.
• Salah satu tokoh Tasawuf
sunni adalah, Hasan al-basri
Hasan al-Basri adalah seorang
sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama
lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada
tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin
dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H.
setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena
keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu akses dari kemakmuran ekonomi yang
dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Gerakan itulah yang menyebabkan
Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan
kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud
serta khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling
utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala
kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri
adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah
karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari
kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung
sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan
kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
D. Tasawuf Syi’i atau Syiah
Diluar dua Aliran Tasawuf
akhlaqi (sunni) dan Tasawuf falsafi, ada juga yang memasukkan Tasawuf Aliran
ketiga, yaitu Tasawuf syi’i atau syiah. Kaum syiah merupakan golongan yang
dinisbatkan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarahnya, setelah
perang shiffin, orang-orang pendukung fanatik Ali memisahkan diri dan banyak
berdiam di daratan Persia, dan di Persia inilah kontak budaya antara Islam dan
Yunani telah berjalan sebelum dinasti Islam berkuasa disini.
Oleh karena itu, perkembangan Tasawuf
syi’I dapat di tinjau melalui kacamata keterpengaruhan Persia oleh
pemikiran-pemikiran filsafat Yunani.
Ibnu Khaldun dalam AL-Muqaddimah
telah menyinggung soal kedekatan syi’ah dengan Tasawuf, Ibnu Khaldun
melihat kedekatan Tasawuf filosofis dengan sekte Isma’iliyyah dari Syiah. Sekte
ini menyatakan terjadinya hulul atau ketuhanan pada imam mereka. Menurutnya
kedua kelompok ini memiliki kesamaan, khususnya dalam persoalan “quthb” dan
“abdal”. Bagi para sufi filosof quthb adalah puncaknya kaum ‘arifin, sedangkan
abdal merupakan perwakilan. Ibnu Khaldun menyatakan doktrin seperti ini mirip
dengan doktrin Isma’iliyyah tentang imam dan para wakil. Begitu juga dengan
pakaian compang camping yang disebut-sebut berasal dari imam Alina mustahil ada
dua cahaya utama secara bersamaan. Pensucian akhlak dapat digambarkan dengan
salah satu dari tiga jalan berikut ini, dimana masing-masing jalan ini bagi
setiap orang tidaklah mudah.
Jalan pertama: Adanya hubungan dengan
seorang ruhaniawan suci yang telah tersucikan jiwa dan akhlaknya. Dengan
kekuatan jiwa dan bimbingan paripurna, ia akan menjauhkan seluruh sifat jelek
dan akhlak buruk darinya. Dan hal ini tidak mungkin kecuali dengan inayah dan
pertolongan jiwa suci Wali Ashr Ajf.
Jalan kedua: Yang mungkin bagi
kita, meskipun berat dan sulit adalah sekali dalam sehari semalam atau sekali
dalam sepekan, kita duduk merenungi dan memikirkan nikmat-nikmat Tuhan yang ada
disekitar kita.
Hingga dengan sendirinya(secara
fitrawi) terbukti bahwa nikmat-nikmat Tuhan mustahil untuk dapat dihitung. Hal
ini bisa menyebabkan munculnya usaha yang patut dan layak dalam mensyukuri
nikmat-nikmat Tuhan. Namun, kesulitan pada bentuk ini adalah ketidak sucian
jiwa yang menjadi penghalang manusia dalam mengikuti cara dan gagasan seperti
ini, karena itu jalan ini pun adalah sulit.
Jalan ketiga: adalah dengan
membentuk majlis-majlis nasehat dan akhlak serta dengan dukungan kehendak jiwa
yang kuat sembari mengingat nikmat-nikmat Tuhan, kita kenalkan pendengaran hati
kita pada hal-hal demikian ini.
Dan kondisi-kondisi ini butuh
kesinambungan, karena itu jika pengadaannya hanya sekali dalam sebulan atau
sekali dalam setahun saja maka tidak akan pernah mencapai hasil sebab jiwa kita
mesti senantiasa di desak untuk mengulangi bahasan-bahasan ini hingga menjadi
kesenangan baginya. Kesimpulannya, pemilik bashirah dapat mendapatkan nikmat
agung ini melalui satu di antara tiga jalan tersebut.
E. Tasawuf Iluminasi
Selanjutnya konsep Filsafat
Iluminasi yang dibangunnya juga merupakan sebuah kritik epistemologis terhadap
kaum paripatetik yang selalu mengajukan formula-formula dalam memahami hakikat
ketuhanan. Kaum paripatetik selalu menggunakan ‘Ilm al-Hushuli sebagai
epistemologinya, sementara itu bagi Suhrawardi epistemology kaum paripatetik
tidak mampu memberikan pengetahuan yang sejati.
Pengetahuan hushuli terbagi ke
dalam dua jenis sarana untuk mencapainya. Pertama diperoleh dengan
memaksimalkan fungsi indrawi atau observasi empiris. Melalui indra yang
dimiliki, manusia mampu menangkap dan menggambarkan segala objek indrawi sesuai
dengan justifikasi indrawi yaitu melihat, mendengar, meraba, mencium dan
merasa. Kedua diperoleh melalui sarana daya pikir (observasi rasional), yaitu
upaya rasionalisasi segala objek rasio dalam bentuk spiritual (ma’qulat) secara
silogisme yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang diketahui kepada hal-hal
yang belum diketahui.
Sementara itu untuk melawan
epistemology kaum paripatetik, Suhrawardi memperkenalkan epistemology Hudhuri
atau pengetahuan dengan kehadiran (observasi rohani) yaitu pengetahuan yang
bersumber langsung dari pemberi pengetahuan tertinggi berdasarkan musyahadat
(pengungkapan tabir) dan iluminasi. Konsep ilmu hudhuri ini dikembangkan
SuhrawardĂ® dengan penekanan pada aspek ketekunan dalam mujahadat, riyadhat dan
‘ibadat dari pada memaksimalkan fungsi rasio, atau dengan kata lain ilmuh
hudhuri lebih menekankan olah dzikir dari pada olah pikir.
Konsep epistemologi Hudhuri ini
dimulainya dengan menjelaskan hakikat cahaya. Menurut Suhrawardi, cahaya adalah
sesuatu hal yang tak perlu dijelaskan atau diterangi lagi karena ia sudah
terang dengan sendirinya. Selanjutnya cahaya ini terbagi pada dua jenis yaitu
pertama cahaya murni atau Nur Al-Mujarrad yang merupakan cahaya yang berdiri
sendiri dan cahaya temaram atau Nur Al-Aridh yang merupakan cahaya yang tidak
mandiri.
Konsep epistemologis inilah yang
akhirnya memberikan pengetahuan pada manusia yaitu dengan memaksimalkan oleh
dzikirnya agar tetap dekat dengan Tuhan atau Nur al-Anwar dan mendapatkan
Iluminasi pengetahuan. Selain itu Suhrawardi menegaskan bahwa disamping ada
dasar pengetahuan akan tetapi pengetahuan yang sebenarnya ialah sesuatu yang
datang dari dalam dirinya sendiri dalam makna lahir dari pengenalan terhadap
dirinya sendiri, hal inilah yang dalam ajaran Tasawuf dikenal dengan
ma’rifah. Dalam tradisi Tasawuf, ma’rifah adalah konsep
tertinggi dalam perjalanan manusia yang dalam hal ini juga berarti pengetahuan
yang Ilahi. Dari sini cahaya dipancarkan kepada setiap orang yang
dikehendaki-Nya yaitu melalui pengungkapan tabir yang akhirnya terpatri dalam
diri manusia dan dengan sadar menghilangkan keragu-raguan.
MAKALAH MATERI TASAWUF LAINNYA:
1. GERAKAN ZUHUD
2. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA
3. SEJARAH PERKEM TAREKAT
MAKALAH MATERI TASAWUF LAINNYA:
1. GERAKAN ZUHUD
2. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA
3. SEJARAH PERKEM TAREKAT
referensinya donk tambain mas bro
BalasHapusAssalamu'alaikum..
BalasHapusizin copy kak... utk bhn kuliah...
izin copast, Kak
BalasHapusizin copast yak mas,,,makasih
BalasHapus